Jumat, 22 Mei 2009

Pentingnya Sex Education di usia dini

Melihat buku Perkembangan Peserta Didik di meja belajarku, mengingatkan sewaktu kuliah dengan ibu Ani Suprapti M.Psi.

Ada yang lucu, ketika kelompok 3 (yang juga harus memaparkan BAB III) mempresentasikan hasil makalah mereka...

Ada Mala, Alit dan Ghopar (ikhwan yang gak banyak omong <== menurut pendapat para akhwat).

Mereka keliatan banget grogi memaparkan isi BAB III yang membahas tentang pertumbuhan fisik. Bagaimana gak risih, harus memaparkan secara mendetail pertumbuhan fisik perempuan dan laki-laki dari mereka lahir sampai menginjak usia dewasa. Dari ciri-ciri menstruasi sampai mimpi basah. Siapapun pasti risih, apalagi memaparkannya di depan umum (oohhh teman, aku bisa merasakan perasaan kalian saat itu)

”ada pertanyaan ?” tanya ibu Ani, setelah Alit memaparkan isi makalah kelompok mereka dengan wajah yang merah.

Seisi kelas membisu, bukan karena kami gak ingin bertanya. Tapi karena wajah Mala, Alit dan Ghopar seperti mengatakan:

”pliss teman-teman....anggap aja kalian paham pemaparan makalah kami. Plisss...jangan bertanya...”

”Kenapa diam ? gak ada pertanyaan ? apa sudah mengerti semua ?”

Septi yang terkenal ceplas-ceplos waktu itu bilang

“malu, Bu.”

“lho kenapa malu ? kita kan sedang belajar ? saya mengajarkan materi yang sama ke anak-anak biologi, tetapi mereka antusias sekali untuk bertanya.”

“mereka kan emang biasa membahasnya, bu.” sanggah Septi, yang di benarkan oleh kami sekelas.

“memangnya kalian yang selalu terbiasa dengan angka-angka, merasa tidak perlu membahas masalah pertumbuhan fisik ?”


Kelas makin hening....

“jangan merasa malu untuk mempelajari pertumbuhan fisik. Sex education itu penting sekali. Dan jangan pernah berpikir, bahwa yang namanya sex hanya terbatas pada hubungan badaniah laki-laki dan perempuan. Atau jangan-jangan kalian gak tau apa itu sex ? ayo ! ada yang tau apa itu sex ?”

Kelas makin hening....
Aku sendiri yang waktu itu duduk paling depan hanya bisa nunduk dalam-dalam <== takut ditanya dan aku gak tau menjawabnya pake bahasa apa

Kulirik teman-teman, mereka juga sama denganku...
Menunduk...
Bahkan ironisnya mungkin ada yang pura-pura gak mendengar pertanyaan Bu Ani.

”secara bahasa, sex itu alat kelamin. Inilah salahnya orang Indonesia, merasa tabu membahas sex education. Padahal memperkenalkan sex education pada anak-anak bisa dilakukan saat mereka masih di usia dini bahkan sebelum mereka mengenal bangku sekolah.”

Saat itu dalam hati ku berteriak: SETUJUUUUU.................

”apa contohnya ? ada yang bisa memberikan contoh ?”

Gak tau kenapa hari itu kelas jadi pasif, bahkan Syalendra (Si Makhluk Pintar dengan IPK 3 koma 98) pun terdiam.

”mudah sekali...pasti dulu, ibu kalian mengajarkan pada kalian kalo buang air kecil, perempuan harus jongkok dan laki-laki harus berdiri. Sebenarnya itu sudah termasuk sex education di usia dini. Apa lagi contohnya?”

Merasa seperti dapet ilham dari langit, waktu itu aku menjawab asal (yang ternyata dibenarkan oleh dosen ku yang cantik itu).

”laki-laki harus pake celana dan perempuan pakai rok.”

”iya benar ! seyogyanya laki-laki memakai celana dan perempuan memakai rok. Walaupun perkembangan fashion sekarang sudah merubah hal itu. Tapi secara gak langsung, itu sudah mengajarkan pada kita, bahwa laki-laki dan perempuan itu berbeda dari segi fisik. Sehingga seharusnya cara berpakaiannya pun haruslah berbeda. Dan yang lebih terlihat contohnya adalah, kalau kalian mempunyai saudara kandung yang berbeda jenis kelamin dengan kalian. Pasti orang tua kalian melarang kalian untuk tidur dalam satu kamar. Pasti kamar kalian berbeda. Ada batasan-batasan yang gak boleh dilanggar. Nah ! itu sudah termasuk sex education di lingkup keluarga, di lingkup yang paling dasar dan paling kecil. Jadi jangan berpikir sex education itu yang porno-porno aja. Sebagai

calon guru dan insyaallah calon orang tua, kalian jangan pernah merasa malu untuk mengenalkan sex education pada siswa dan anak-anak kalian.”

Ya...aku paham sekali kuliah ibu Ani hari itu...
Karena jika kita gak pernah menjelaskan dengan cara yang bijaksana pada anak-anak atau pada saudara-sauadara kita yang masih kecil-kecil, mereka akan mencari tau sendiri. Dan yang membahayakan adalah jika sumber informasi yang mereka dapatkan itu salah dan tidak sesuai dengan apa yang seharusnya mereka peroleh. Mereka akan salah dalam mengartikan arti sex itu yang sebenarnya.....
Mungkin itulah yang menyebabkan banyaknya remaja yang melakukan hubungan suami istri sebelum menikah.

Karena ketidaktauan yang di dukung oleh rasa ingin tau mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Klo kmu BT atau Sebel ata suka.... ketik aja.........